Archive for June 2010

Suatu Ketika di Akhir Agustus

No Comments »

Suatu ketika di akhir bulan Agustus. Sore tampak kelabu. Disana. Di Jalan yang penuh dengan kendaraan yang menerobos kencang. Penuh manusia-manusia lata di kiri kanannya. Aku tidak tahu apa yang mereka pikirkan. Masing-masingnya. Semua hanya seperti gerakan lamban yang kosong. Senyap. Tak ada suara-suara berirama keluar dari mereka. Tak ada warna yang jelas terpantul dari mereka. Lambat, tenang dan bernyala garis. Semua samar.

Tidak begitu dengannya. Aku tahu setiap gerakan yang di buatnya. Setiap warna yang dipantulkanya. Setiap ekspresi di wajahnya. Helai rambutnya yang ditiup angin. Irama nafasnya yang tak teratur. Apapun darinya. Semua jelas. Aku berdiri di depannya bertatapan. Diantara kesamaran. Dia memegang tanganku.

Sepertinya ada aliran diantara tangan-tangan ini. Aku menjadi tahu apa yang dipikirkannya sekarang. Pikirannya jauh melayang ke waktu pertama kali kulihat tatapanya dari kejauhan. Waktu dimana sebelumnya aku tidak pernah tahu siapa dia. Kejadian-kejadian aneh kala itu. Dan setelah-setelahnya. Dan setelah-setelahnya. Begitu banyak hal. Akupun memikirkan hal yang sama. Dia tersenyum sekarang. Senyum simpul namun penuh makna. Matanya menatap jauh ke dalam mataku. Dia sedih. Aku tahu itu.

Aku paling benci tatapan itu. Tatapan yang seakan-akan dia tidak akan pernah lagi melihat ku. Tatapan penuh yang tidak pernah lepas dari mataku. Tapi bagaimanapun, Aku tidak bisa melepaskan tatapan itu. Tidak bisa mengelak. Apakah Aku juga menatapnya seperti itu? Aku tidak bisa melihat mataku sendiri. Kupeluk dia. Dia lebih memeluku erat. Perasaan apa ini? Badanya bergetar. Dia menangis sekarang.

Kendaraan semakin menerobos kencang didepanku. Dibelakangnya. Kendaraan yang melaju itu seperti jet tanpa suara. Jet yang membawa potongan-potongan waktu. Aku dan Dia. Mengapa harus sampai seperti ini. Aku benci dengan potongan-potongan itu. Potongan kesedihan, penyiksaan, murka, semua hal. Potongan-potongan waktu yang menyakitkan. Aku sakit. Dia pasti lebih sakit lagi. Lalu untuk apa senyuman simpulnya tadi? Aku masih dipeluknya erat. Aku tidak mau lepas. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku menangis sekarang.

Tubuh dan otak berhenti. Waktu berhenti. Angin berhenti. Semuanya berhenti. Dia menariku mundur terjatuh. Aku mendorongnya maju terjatuh. Aku dan Dia masih mendekap erat. Kendaraan yang menerobos kencang memental. Jet yang membawa potongan-potongan masa lalu itu menabrak Aku dan Dia. Tenang sekarang. Potongan-potongan menyakitkan itu tidak akan ada lagi. Tidak ada masa lalu. Tidak ada masa depan. Hanya waktu itu. Gelap. Cahaya berhenti sekarang.

Suatu ketika di akhir bulan Agustus. Tampak kelabu.

_______________________________________________________________________

Listen : Charles Trenet - La Mer