Archive for September 2009

Hitam Putih Pelangi

No Comments »

Hujan Pagi Hari

Cahaya pagi tidak memancarkan hangatnya pagi itu. Tidak seperti biasanya. Hujan rintik kecil menyirami kota yang belum terlihat bangun. Dari jendela kamar, Jalanan di depan flat tua no .18 itu juga tidak seperti biasanya. Orang-orang yang biasanya ramai berlalu lalang dengan pemikiran dan rencananya masing-masing tidak menampakan diri. Digantikan oleh percik air hujan dan sisa hujan semalam membuat jalanan itu tampak berbeda. Hanya ada seorang gadis yang biasa. Disitu.di bahu jalan yang setiap pagi selalu digunakannya untuk memajang lukisan yang dijualnya. lukisan itu entah dilukisnya sendiri atau dari orang lain, Aku tidak begitu tahu. dan aku memang tidak ingin tahu.

Hari ini sepertinya gadis itu tidak memajang lukisannya. Tidak ada tanda tanda kesibukan yang biasa dilakukannya. Mungkin karena hujan. Dia hanya berjalan mondar mandir dan membiarkan tubuhnya basah oleh rintikan kecil hujan disekitar tempatnya itu. Raut wajahnya mengesankan banyak hal yang dipikirkannya. dan tentu saja pun aku tidak ingin tahu tentang hal itu. Pikiranku juga sudah cukup dipenuhi oleh masalah diriku sendiri. Ayah yang meninggalkan ibu dan beristri baru 6 bulan lau membuatku benci kepada ayah, ibu yang selalu murung tiap harinya, tulisanku yang belum selesai, serta urusan kuliah yang sangat menyita waktuku. Semua hal itu sudah cukup memenuhi dan mewarnai pikiranku. Aku sangat rindu dengan senyuman ibu.

Aku beralih dari sudut jendela ke tempat duduk di dekat jendela sambil menyeruput teh hangat. Menikmati teh hangat di pagi hari ditambah dengan suasana hujan pagi hari sangat menyenangkan. Cukup untuk sejenak mengkosongkan pikiran di kepala dan mengisinya dengan pikiran yang lebih berguna. Aku tidak memilik rencana yang sengaja aku buat hari ini selain membeli bahan makanan yang sudah mulai menipis. Tidak biasanya aku memiliki waktu yang luang seperti ini. dan waktu yang tidak biasanya ini akan aku habiskan dengan menyelesaikan tulisanku. Berjalan-jalan di taman kota tampaknya pilihan yang sangat bagus untuk mencari inspirasi. Mudah-mudahan saja siang nanti hujan telah pergi.

Teh hangat masih tersisa setengah gelas waktu aku Beranjak dari tempat duduk dan menyalakan musik player. Lagu Rainbow Connection dari kermit the frog menjadi pilihanku setiap pagi. Aku selalu mendengarkannya di pagi hari di saat dan waktu-waktu seperti ini. Entah kenapa telingaku sangat nyaman dengan alunan musik dan suara dari Jim Henson ini. Kermit the frog merupakan puppeteer favoritku di Muppet Movie. Lantunan nada-nada yang nyaman meringkuk dan memecah ke sekeliling ruangan dan berayun dengan anggunnya ke segala dan menambah keindahan kota pagi itu. dan gadis lukisan itu sudah menghilang bersama alunan serenade pagi.

___________________________________________________________________________

Listen : Pomme Narin - Rainbow Connection
   

Pikat Uang

No Comments »

Tempat itu selalu menjadi bayangannya. Bisa dikatakan dia membayangkan tempat itu setiap saat. Tempat itu sangat memikat. Apapun rela dialakukan untuk sampai di tempat itu. Karena dia sudah terpikat. Bukan kursi-kursi yang ada di dalam tempat itu ataupun kerja yang sebenarnya yang membuatnya terpikat. Tetapi dia sudah sangat terpikat dan jatuh hati kepada mahkluk yang memang memikat ini. Uang. begitulah orang-orang selalu memanggilnya dengan godaan-godaan ringan. dan dia sudah sangat cinta mati kepada uang. Kantor dewan rakyat, tempat berkumpulnya para uang. Itulah yang sangat diimpikannya.

Harum wangi uang sudah tercium waktu awal dia melangkahkan kakinya ke tempat impiannya itu. Ya, dia berhasil masuk ke tempat itu. Dengan mata besar dan hidung yang mengembang, dia menikmati pekerjaanya. Bermain main dengan uang. Bercanda tawa dengan uang. Dia benar-benar sudah terpikat dan dimabuk olehnya. dan dia sangat cinta sekali kepada uang.

Seperti percintaan lainnya. Dia rela melakukan apa saja agar dia selalu bisa bersama uang. Apa saja. Mengadakan proyek ini, proyek itu, rapat ini, rapat itu, dana untuk ini, dana untuk itu. Apapun telah dia lakukan semenjak dia menginjakan kakinya di tempat berkumpulnya uang. Seperti percintaan lainnya. Cinta pejabat ini terhadap uang juga membuatnya buta. Karena cinta itu memang buta.

Semakin uang itu dicintai semakin dia terperongah dan sombong. Namun pikatnya memang mematikan. dan pikatnya tak mau hilang. Pikat ini selalu memabukan pejabat. Sampai-sampai Pejabat lupa kalau-kalau dia diawasi oleh penjaga uang. Gerak-gerik percintaannya dengan uang membuat penjaga uang cemburu. Sampai ketika pejabat sedang bercinta dengan uang, penjaga uang langsung berteriak keras menyodorkan pelor. Membuat pejabat tersungkur dan takut. dan Dia langsung diikat oleh penjaga uang. Namun si Uang diam saja. Karena dia yang dicintai. bukan yang mencintai. dan uang jatuh ke tangan penjaga uang. Pikatnya masih belum hilang.

Dengan pesona yang sangat menawan. Siapapun terpikat oleh uang. Walaupun sekarang uang sudah berada di penjaga uang. Namun pikatnya selalu membutakan siapapun. Penjaga uang sudah buta. dia juga terpikat oleh kemolekan tubuh uang. Untuk hasratnya bertemu dengan uang secara utuh, dia rela melepaskan ikatan pejabat. Karena pejabat memberikan uang itu secara de facto. Sekarang uang menjadi milik seutuhnya. dan dia benar-benar telah terpikat dan jatuh cinta. Cinta buta. Buta sampai-sampai membiarkan anaknya makan dengan uang. Buta kalau anaknya juga akan tumbuh buncit dengan uang. Sekali lagi uang itu hanya diam, karena dia yang dicintai bukan mencintai. dan anak pun diam diam mulai terpikat oleh pikat uang.

Uang yang sekarang menjadi cinta penjaga uang mulai memikat anak. Anak pun jatuh hati kepada uang. dia ingin sekali bermain dengan uang. Agar tidak ketahuan oleh penjaga uang, anak penjaga uangpun mencuri uang itu dari pandangan penjaga uang. Uang itu telah mengajarkan anak untuk mencuri. dan dia benar-benar mencuri uang dari tangan penjaga uang. dari kecil dia sudah belajar mencuri. Sepertinya kelak, tempat berkumpulnya para uang juga akan menjadi tempat impian anak itu. dan uang sekali lagi berpindah ke tangan anak. Pikatnya masih memabukan.

Seperti anak lainnya. Anak penjaga uang in juga mudah berpindah hati. Barang-barang yang ada di toko membuatnya berpindah hati. dan dia sering sekali berpindah hati. Toko itu merupakan tempat berkumpulnya barang-barang. dan toko itu merupakan toko kesukaanya jika mau berpindah hati. Itu karena si penjaga uang tidak akan tahu jika anaknya itu telah mencuri uang dan menukarkannya disini. Karena pemilik toko inipun sudah terpikat dengan uang. Barang-barang dihargai dua kali lebih mahal untuk mendapatkan lebih banyak kesempatan bercinta dengan uang. dan tentu saja penjaga uang yang kena pikat uang tidak mau jika kesematan bercintanya dengan uang berkurang. Jadilah si anak penjaga uang selalu menukarkan uangnya di toko ini.

Sekarang uang sudah jatuh ke tangan penjaga toko. Mata hijau berbinar dan raut muka kodok benar-benar sudah mabuk. Mabuk cinta. cinta yang ditebarkan uang. dan tebarannya mengudara kemana-mana. Tapi apa daya. Agar mata dan raut mukanya bertahan, dia harus melakukan ritual. Agar dirinya tak berpisah dengan uang. Pujaan hati. Ritual yang dilakukannya selalu sama. Penjaga toko harus menukarkan uang kesayangannya dengan barang isi toko. Ritual percintaan ini harus membuatnya berpisah dengan uang untuk sementara, tapi uang itu akan kembali lagi kepadanya jika tokonya sudah di isi. Mungkin akan kembali. dan sepertinya uang sangat sukar untuk kembali lagi ke toko itu, karena sekali lagi uang tidak cinta kepada penjaga toko itu. Harga yang dua kali lebih tinggi dari toko lainnya membuat uang sangat sungkan dan tidak mau kembali lagi ke penjaga toko itu. dan memang penjaga toko itulah yang tergila-gila kepada uang. Uang tidak cinta kepadanya.

Ritual cinta penjaga toko mengakibatkan uang jatuh ke pangkuan orang lain. Distributor barang-barang toko jadi teman kencan yang baru. Sayangnya, distributor ini tidak terlalu cinta kepada uang. Uang hanya seperti mainan olehnya. kemolekan tubuh serta wangi uang yang memabukan tidak menumbuhkan cinta.Cinta buta. Uang merasa di acuhkan oleh distributor. Dan dia tidak terima perlakuan ini. Dia tidak mendapatkan perhatian apapun. dan uang berusaha untuk memabukan sang distributor. Uang berusaha untuk selalu berada di depan mata sang distributor. Tampaknya uanglah yang cinta kepada sang distributor sekarang. Rayuan memikat bertubi-tubi dilontarkan uang. Semakin sering uang mengelilingi distributor itu. Tidak terpikat oleh rayuannya, uang semakin sering berkunjung ke distributor. Tapi tidak ada apa-apa. dan uang tetap terus berkunjung. Uang benar-benar sudah jatuh cinta sekarang.

______________________________________________________________________________

Listen : Orquesta Mondragon - Pennies from Heaven (Billie Holiday Cover)
   

ANGIN DAN LAYANGAN

No Comments »

Kata-kata dibuat mati oleh lukisan langit saat bintang timur mulai berpentas. Cahaya matahari yang belum akan mulai meredup itu terasa nyaman dan tenang. Hanya sentuhan angin yang tidak mati. Gerak perkasa abroholos tampaknya digantikan oleh tarian lembut etesian yang terus memberikan cerah. Hamparan rumput hijau yang luas ikut menari-nari kecil hampir tak terlihat di antara bebatuan agak datar. seperti tidak mau kalah dengan langit. Suasana sore itu sangat sempurna.

Suasana sempurna itu tidak sendiri. Dua manusia tampak sangat asyik didalamnya. Anak kecil yang memegang layangan di tangannya dan laki-laki agak baya yang mengulur benang layangan. Sepertinya laki-laki baya itu sedang menunjukan bagaimana cara layangan terbang, membuatnya terbang, dan akhirnya nanti akan sampai tinggi menyaingi bintang timur pada anak kecil itu. Anak kecil itu ingin belajar menerbangkan layangannya.

"perhatikan angin, dan angin akan membantu layanganmu terbang ke langit" bisik laki-laki agak baya kepada anak kecil yang ditanggapi dengan senyum kecemasan dan raut wajah yang tidak atau mungkin ragu untuk yakin dari anak kecil itu. Namun tetap dicobanya juga. Dengan memperhatikan angin dan tampak sangat seksama mengikuti kata-kata lelaki agak baya, anak kecil itu berusaha untuk menerbangkan layangan yang tak mengepakkan sayap itu. Dia tahu arah angin dan dia berusaha mengerti angin disekitarnya. Dia berlari-lari kecil dan mengulur tarik benang yang dipegangnya. Walaupun beberapa kali tidak bisa membuat layangannya ke langit, dia melulu berusaha. Angin masih akan tetap ada.

"ya, aku memperhatikan angin dan angin itu masih ada" pikir anak kecil. larian kecil kesekian kalinya, layangan itu berhasil terbang tanpa mengepakan sayapnya. membubung tinggi ke udara. berefleksi di permukaan mata anak kecil yang memancarkan sinar kebahagiaan. Teriakan keberhasilan tersirat jelas dari bola matanya. Lelaki agak baya-pun meloncat senang. Merangkul anak kecil dengan rangkulan kebanggaan sambil menancapkan mata pada layangan yang mulai menyentuh langit.

"Kamu benar benar memperhatikan anginmu?" tanya laki-laki agak baya. Anak kecil itu mengangguk dan tersenyum. "Angin itu seperti gurumu, yang memberimu ilmu, yang memberimu pengetahuan, yang akan terus membuatmu terbang tinngi seperti yang kau ingin. Anginlah yang membuat layangan kecil itu terbang bertemu bintang timur. sama seperti gurumu yang akan membuat mu berhasil meraih cita-cita yang memang kau taruh di bintang yang paling indah itu. tetaplah perhatikan anginmu" kata laki-laki agak baya itu lagi dengan mata yang agak menyipit memandang layangan yang berangsur naik. matanya menyiratkan makna penuh dalam. Yang diucapkannya hanya apa yang sedang dipikirkannya saja saat itu. Bayangan yang ada dipikirannya.

Anak kecil itu tersenyum. Dia masih sangat senang dengan layangan yang berhasil diterbangkannya untuk pertama kali. Dia tidak terlalu mengerti dengan ucapan laki-laki agak baya itu, yang dia tahu dia harus tetap memperhatikan anginnya agar layangannya terus terbang tinggi. Anak kecil itu masih memperhatikan anginnya. Angin yang membuat layanggnya terbang tinggi. Angin yang tidak hanya akan berhembus di bulan mei. Angin yang akan selalu ada untuk layangannya. dan angin itu memang masih ada.

___________________________________________________________________________

Listen : No Doubt - Dreaming the Same Dream