Archive for May 2010

Malas

No Comments »

Kau tahu. Tidak ada yang benar-benar berarti akhir-akhir ini. Begitupun sekarang aku memulai hari dengan liur yang berdemcak di pipi. Agak sedikit menjijikan memang. Bangun pagi selalu mengepel pipi, dengan tangan pula. Tapi itu kuanggap tidak berlebihan. Toh setiap manusia mengeluarkan sekitar 700ml air liur setiap harinya. Kalo dibulatkan bisa menjadi 1000ml dan itu sama banyaknya dengan bensin yang digunakan untuk sebuah motor yang dipakai 6 jam tanpa henti. Agak bodoh memang.

Beranjak dari tempat tidur, matahari sudah bulat-bulat muncul ke permukaan. Dengan langkah bernada malas, aku pergi mencuci muka dan gigi. Ritual yang sama setiap harinya. Seperti biasa. Kau tahu itu.

Telur mata sapi, segelas susu, dan sepotong roti selesai aku hidangkan. Untuk diriku sendiri tentunya. Sarapan tidak lengkap jika tidak mendengarkan informasi pagi. Mungkin saja Palestina sudah berdamai dengan Israel. Aku akan mencari lihat, mencari dengar. Berita sama setiap paginya. Setiap harinya. Dan tentu saja Negeri Ginseng Utara masih bermain dengan nuklirnya. Membosankan. Satu potong, Dua potong. Satu suap, Dua suap. Minum sekaligus. Sarapan yang lezat. Aku yang membuatnya sendiri. Seperti biasa memang.

Aku putuskan televisi sudah tidak menarik lagi. Beranjak berdiri, kupilih-pilih buku yang berbaris rapi di rak baca. Buku yang ini sudah kubaca. Yang ini sudah, yang ini baru setengah, yang ini baru seperempat, yang ini belum dan banyak yang belum. Bimbang lalu menimbang. Sepertinya buku yang baru kubaca setengah akan kulanjutkan agar menjadi sudah terbaca. Sabar saja buku yang baru seperempat dan yang belum kubaca sama sekali. Hari masih panjang seperti biasanya. Aku berharap dan besok adalah giliran kalian tentunya.
Matahari masih bulat-bulat, namun sudah berganti posisi. Setidaknya masih belum berada di atas kepala. Aku punya banyak waktu untuk membaca buku yang baru terbaca setengah ini. Aku buka dan ku balik-balikan halaman per halamanya. Aku baca secara sepintas kalimat-kalimat terakhir yang kuingat sewaktu membaca buku ini di waktu biasa sebelumya. "Jangan kau dengarkan orang ini...." bukan. "Gadis kecil yang malang itu berlari..." tidak. Aku sudah melewatkan bagian yang ini. "Dia menangis tersedu di pelataran..." belum. Aku belum sampai pada bagian ini. Terlewati pasti. "Saliva tanpa sengaja bertemu dengan tuan ganda." YA!. Ini dia kalimat terakhir yang kubaca sebelumnya. Membetulkan posisi duduk, aku lanjut membaca kisah Saliva. Saliva? Hahahaha... aku baru menyadari kalau buku ini bercerita tentang Saliva. Bukankah Saliva nama lain dari air liur?

Suara kucing dari atas loteng yang bergelut meribut akan urusan perkucingan menyentak mata. Kucing sialan. Aku menyesuaikan diri dengan suasana bangun ketiduran. Sudah kuduga aku akan kembali tertidur membaca buku ini. Dan pastilah buku-buku yang lainya. Mengapa huruf-huruf terkotak rapi ini selalu membuat mataku terpejam dan malas. Mungkinkah karena buku? Memang seperti biasanya. Dan tampaknya urusan perkucingan sudah terselesaikan. Aku mengira-ngira urusan itu selesai sore hari. Sekarang pukul setengah empat. Aku memang selalu benar dalam mengira-ngira waktu. Karena memang seperti biasanya. Sekarang pastilah cacing-cacing di perutku meronta-ronta meminta makan. Aku benar lagi.

Memang begini nasib orang-orang yang cuti kerja. Berhenti kerja lebih tepatnya. Diberhentikan lebih tepatnya lagi. Membaca buku dan menjadi tertidur dan bangun dan makan sewaktu lapar. Aku tidak berhasrat untuk memasak makanan ku sekarang. Sebaiknya aku pesan saja. Sudah terlanjur lapar. Setidaknya tabunganku masih ada. Masih cukup. Benarkah cukup? Otakku tak bisa bekerja kalau sedang lapar begini. Ayam dan kentang goreng akan kupesan. Sekalian dengan Sup, untuk makan malam. Mudah-mudahan Sup-nya tidak dingin kupesan sekarang. Tapi bukankah baiknya Sup kupesan nanti saja? Memang otakku tak bisa bekerja kalu sedang lapar. Kupesan Ayam goreng, kentang goreng dan Sup. Sempurna.

Kenyang. Masih tersisa sup untuk nanti malam. Biarlah dulu sup itu di meja makan. Kenyang membuat badanku enggan untuk bergerak. Duduk sejenak menerwang, pikiranku mulai ke awang. Mengapa angin begitu sepoi? dan sepoi, dan sepoi, dan sepoi, dan sepoi.......

Matahari sudah hilang sewaktu aku terbangun lagi dari mimpi. Sayang sekali aku tidak bisa mengucapan selamat tidur kepada matahari hari ini. Hari-hari sebelumnya pun sepertinya tidak. Namun, aku setidaknya tadi bermimpi. Aku menjadi orang yang begitu sukses. Pekerjaan yang sibuk dan penghasilan yang sangat cukup untuk membeli rumah yang sangat besar. Tidak seperti rumah ini. Rumah kecil yang banyak kucing liarnya. Mengapa surat lamaranku tidak ada yang dibalas satupun?
Memang lebih baik menunggu saja. Aku tidak mau berepot meminta-minta pada kantor-kantor sialan itu. Balasan dari surat lamaranku. Sudah dua bulan memang. Tapi tetap saja Aku enggan. Nanti pada saatnya mereka juga akan membalas surat lamaranku. Aku yakin saja. Aku tunggu saja. Aku mandi saja sekarang. Menyergarkan badan dengan memberinya beberapa tetes air sangat nikmat. Seperti biasanya.

Sup sudah tentu saja dingin sekarang. dan tentu saja juga tidak akan enak lagi jika dimakan. Sial. Terpaksa aku makan saja sup dingin ini. Repot kalau harus memesan lagi. Lama juga tentu saja. Setidaknya aku bisa menghemat tabunganku. Searusnya memang begitu. dan kunyalakan lagi televisi. Informasi malam tentunya. Masih sama saja. Israel masih belum berbaikan dengan Palestina. Tapi biarlah. Setidaknya Aku jadi mempunyai kegiatan untuk mendegarkan kabar perseteruan mereka.

Begitulah sehari ini. Kau tahu. Hari-hari berikutnya juga akan seperti ini. Mudah-mudahan saja kantor-kantor sialan itu besok membalas surat lamaranku. Aku tetap akan menunggu saja dan sedikit berharap. Mangkok sisa Sup yang tidak habis aku letakan di tempat pencucian. Tidak enak makanya tidak habis. Besok pagi saja aku mencuci piring dan mangkok kotor ini. Masih banyak waktu tentunya. Dan waktu akhir-akhir ini benar-benar tidak berarti.

__________________________________________________________________________

Listen : Micky Blues - Shake, Rattle, and Roll