ANGIN DAN LAYANGAN

Kata-kata dibuat mati oleh lukisan langit saat bintang timur mulai berpentas. Cahaya matahari yang belum akan mulai meredup itu terasa nyaman dan tenang. Hanya sentuhan angin yang tidak mati. Gerak perkasa abroholos tampaknya digantikan oleh tarian lembut etesian yang terus memberikan cerah. Hamparan rumput hijau yang luas ikut menari-nari kecil hampir tak terlihat di antara bebatuan agak datar. seperti tidak mau kalah dengan langit. Suasana sore itu sangat sempurna.

Suasana sempurna itu tidak sendiri. Dua manusia tampak sangat asyik didalamnya. Anak kecil yang memegang layangan di tangannya dan laki-laki agak baya yang mengulur benang layangan. Sepertinya laki-laki baya itu sedang menunjukan bagaimana cara layangan terbang, membuatnya terbang, dan akhirnya nanti akan sampai tinggi menyaingi bintang timur pada anak kecil itu. Anak kecil itu ingin belajar menerbangkan layangannya.

"perhatikan angin, dan angin akan membantu layanganmu terbang ke langit" bisik laki-laki agak baya kepada anak kecil yang ditanggapi dengan senyum kecemasan dan raut wajah yang tidak atau mungkin ragu untuk yakin dari anak kecil itu. Namun tetap dicobanya juga. Dengan memperhatikan angin dan tampak sangat seksama mengikuti kata-kata lelaki agak baya, anak kecil itu berusaha untuk menerbangkan layangan yang tak mengepakkan sayap itu. Dia tahu arah angin dan dia berusaha mengerti angin disekitarnya. Dia berlari-lari kecil dan mengulur tarik benang yang dipegangnya. Walaupun beberapa kali tidak bisa membuat layangannya ke langit, dia melulu berusaha. Angin masih akan tetap ada.

"ya, aku memperhatikan angin dan angin itu masih ada" pikir anak kecil. larian kecil kesekian kalinya, layangan itu berhasil terbang tanpa mengepakan sayapnya. membubung tinggi ke udara. berefleksi di permukaan mata anak kecil yang memancarkan sinar kebahagiaan. Teriakan keberhasilan tersirat jelas dari bola matanya. Lelaki agak baya-pun meloncat senang. Merangkul anak kecil dengan rangkulan kebanggaan sambil menancapkan mata pada layangan yang mulai menyentuh langit.

"Kamu benar benar memperhatikan anginmu?" tanya laki-laki agak baya. Anak kecil itu mengangguk dan tersenyum. "Angin itu seperti gurumu, yang memberimu ilmu, yang memberimu pengetahuan, yang akan terus membuatmu terbang tinngi seperti yang kau ingin. Anginlah yang membuat layangan kecil itu terbang bertemu bintang timur. sama seperti gurumu yang akan membuat mu berhasil meraih cita-cita yang memang kau taruh di bintang yang paling indah itu. tetaplah perhatikan anginmu" kata laki-laki agak baya itu lagi dengan mata yang agak menyipit memandang layangan yang berangsur naik. matanya menyiratkan makna penuh dalam. Yang diucapkannya hanya apa yang sedang dipikirkannya saja saat itu. Bayangan yang ada dipikirannya.

Anak kecil itu tersenyum. Dia masih sangat senang dengan layangan yang berhasil diterbangkannya untuk pertama kali. Dia tidak terlalu mengerti dengan ucapan laki-laki agak baya itu, yang dia tahu dia harus tetap memperhatikan anginnya agar layangannya terus terbang tinggi. Anak kecil itu masih memperhatikan anginnya. Angin yang membuat layanggnya terbang tinggi. Angin yang tidak hanya akan berhembus di bulan mei. Angin yang akan selalu ada untuk layangannya. dan angin itu memang masih ada.

___________________________________________________________________________

Listen : No Doubt - Dreaming the Same Dream
   

This entry was posted on Tuesday, September 1, 2009. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply