Awal dan Akhir

No Comments »

AKHIR


The time will come...
If you let it be right...
If you let it be right...

Lirik beserta irama ini kembali berbaur dengan udara. Partikel-partikel berdegup membahana. Menyentak gendang telinga yang selalu siaga dengan bebunyian. Otakku lalu tersadar. Pusing. Irama ini tak diterima sempurna olehnya. Aku mengernyitkan dahi. Pusing. Ditambah juga kabur.

Lama kelamaan irama ini tak teracuhkan. Pertanyaan yang sama setiap kalinya. Dimana aku?

Beberapa menit, seakan otak mulai seirama. Badan ini terhentak kaget. Dimana dia? Diamana wanita tanggung yang sebelumnya ku dekap. Aku sendirian.

Sekelilingku masih saja kosong. 

....

TIDAK! Tidak kosng. Masih ada pak tua yang sebelumnya berada di gerbong ini bersamaku. Ternyata dia belum sampai pula di pemberhentiannya. Dia menatap diriku. Baru kusadari matanya tajam bak elang. Tapi tak begitu dengan tubuhnya. Masih saja berusaha menopang dengan tongkat kayu miliknya.

"Apa yang kau cari?" tanyanya.

"Dimana wanita tanggung yang tadi duduk di sebelahku? Apa kau melihatnya?" balasku bertanya.

Dia menggeleng. Diam. Lalu melirik ke arah player musik portable yang masih berdendang. Aku mengikuti pandangannya. Hah! Aku baru sadar kalau irama ini yang dari tadi berbunyi.

Bunyi. Titik yang membentuk gelombang-gelombang bergerak semakin jauh. Semakin tak terdengar. Terdiam. Kumatikan bunyinya, lalu membiarkan saja suara kereta ini yang meraja.

"Kemana kita pak tua?"

___________________________________________________________________________
Listen : Caught a Ghost - Time Go

Awal dan Akhir

No Comments »

.. DAN ..


Sesaat kupikir tidak terjadi apa-apa. Namun hentakan kereta dan bunyi-bunyinya yang bergesek kembali terdengar. Kereta sudah berjalan stabil. Dimana aku tadi? Sampai-sampai tak sempat bertemu dengan awal kereta melaju?

Tak sadar pula, wanita tanggung yang duduk di depanku memandangi dengan heran. Mulai sadar, Kupandangi pula dia.

“Kau baik-baik saja?” ucapnya.  Aku mengangguk, canggung.

Dia mulai melepas earphone, bangkit dari tempat duduknya. Lalau membetulkan jaketnya dan beralih duduk disampingku.  Aku membetulkan posisi.

Beberapa menit dia merogoh  tas kecil yang entah darimana datangnya. Dikeluarkannya sehelai tisu dari dalam, lalu mengusapkannya ke kening. Turun ke arah bibir dan dagu. Agaknya aku tidak begitu memperhatikan detilnya dari awal bertemu.  Namun sekarang aku berusaha untuk berkonsentrasi melihat dengan detil. Sampai ketitik terkecil darinya. Tubuhku semakin berkeringat. Ahh! usapan ini mengganggu. Lalu dia berhenti.

Ditatapnya mataku tajam.  Tajam.  Lama dan setelah itu ia seakan mengerti.

“Tak perlu cemas. Aku ada disini menemanimu.” ujarnya kepadaku. Didekatkannya tubunya,dan disandarkannya kepalanya di bahuku.

Beberapa saat, tak terdengar lagi bunyi kereta. Tak hirau berada dimana. Acuh dengan kerata apa. Diantaranya, pikiranku tertitip dalam lajunya kereta. Mulai pula kurangkul badannya yang kecil. Perlahan-lahan pandanganpun menutup. Tak peduli dengan setelah ini.

Lalu setelah itu?

______________________________________________________________________
Listen: Rihanna - Stay
 

Awal dan Akhir

No Comments »

AWAL


Dari gelap. Cahaya berdatangan menyerusuk masuk ke dalam pupil berebutan. Aku terdiam beberapa saat. Mengerenyitkan kening, mengusap mata. Perih. Perasaan takut mengetuk,  namun tak kubiarkan masuk. Dimana aku? Lukisan-lukisan di dinding bergerak ke samping kanan. Membentuk garis-garis lurus berwarna. Namun ada yang aneh dengan bunyi-bunyi yang dikeluarkannya. Oh! Aku tau dimana sekarang. Tubuh kaku ini tengah duduk didalam gerbong kereta api yang melaju.

Mulai  kulihat sekeliling. Lampu gerbong menyala berbinar. Beberapa saat, kurasa lampu itu tak menyala sebelumnya. Mungkin cahaya percuma, karena terlalu banyak cahaya  masuk ke dalam pupil dan bermain dengan pikiran yang bodoh. Kulihat lagi sekeliling.

Tepat dibawah lampu gerbong, duduk pria tua. Kepalanya bersandar ke tongkat yang dipegangnya. Kedua belah tanggannya mengalasi. Matanya terpejam. Kupandangi beberapa saat. Lalu kubiarkan saja, dan melanjutkan melihat. Tak ada apa siapa lagi selain kursi-kursi kereta yang kosong.

Laju kereta perlahan melambat. Decitan roda-roda besi yang bergesek terdengar sayup-sayup. lalu semakin kencang. Ku arahkan pandanganku keluar jendela. Tampak kereta berhenti di stasiun entah apa.  Ramai orang berlalu lalang. Namun tanpa suara. Aneh. Apa yang terjadi diluar sana?

Pintu gerbong membuka.  Menyilahkan masuk seorang  wanita tanggung. Wanita tanggung bercelana jeans dan kaos putih. Lekukan badannya tersembunyi oleh Jaket yang dipakainnya selutut. Tidak! Sedikit diatasnya lagi.  Sebentar dia melihat kesekeliling. Acuh, dia duduk tepat dihadapanku. Sejak awal earphone sudah tersangkut ditelinganya.  Konsentrasinya mungkin ada pada lagu yang didengarnya. Sangat keras. Sampai aku mendengar sebagian lirik dari senandungnya.

The Time will come...
If you let it be right, If you let it be right...

Kereta belum juga berjalan.

________________________________________________________________________
Listen : Mumford and Sons - Lovers' Eye
 

Melodi

No Comments »


Dirinya berlari menjauh. Kukejar dan terkejar. Tawa liciknya bermain. Menoleh muka lugu namun penuh pilu. Kuraih tangan dinginnya. Lembut bagaikan ukiran Angelo. Kutarik, dan kudekap. Nyata dalam dekapan.

Seakan tak mau pergi. Rasa terus mendekap erat-erat. Tak mau dilepas. Semakin erat. Angin bersiul, burung  pun terdengar bersenandung.

Senandung. Melingkar. Spiral. Tawa-tawa licik.
Senandung. Berwarna. Bermelodi.
Senandung.. dan Lalu mati. Diam. Hening.

Apa aku ini?


__________________________________________________________________________
Listen : Schumann - Dreaming