Raja Laut

Aku sedang bersiap-siap untuk menceburkan diri ke laut ketika kericuhan itu terjadi. Kerumunan telah ramai ketika aku mendekati sumber uluh-uluh di bibir pantai. Sepertinya telah terjadi perkelahian disini. Petugas pantai tampak sedang berusaha memegangi lelaki paruh baya dan berusaha melepaskan tongkat kayu cukup besar dari pegangannya. Lelaki paruh baya yang pakaiannya compang dan lusuh itu berteriak-teriak dan memaki pemuda yang tersungkur dengan darah bercucuran dari hidungnya. Sang pemuda sepertinya baru saja dipukuli dengan kayu besar oleh lelaki paruh baya itu.

"Apa yang telah terjadi?" tanyaku kepada kawanku yang ternyata sudah dari tadi berdiri di depan menyaksikan kericuhan.
"Lelaki gila itu memukuli seorang pengunjung pantai dengan kayu besar ditangannya."
"Kenapa dia memukulnya?"
"Entahlah, yang jelas lelaki gila berbahaya ini sekarang akan segera dibawa ke penampungan agar tidak membahayakan pengunjung pantai lagi"
"Mengapa orang gila dibiarkan saja berkeliaran di sekitar pantai." Kataku heran.

Kami berdua terdiam menyaksikan lelaki gila ini berteriak-teriak dan memaki pemuda yang dipukulnya dengan sebutan penghancur kerajaan. Lelaki gila itu masih dipegangi oleh petugas pantai. Sementara petugas pantai lainnya membawa pemuda yang dipukulinya untuk diobati. Beberapa saat, mobil dari rumah sakit jiwa daerah sudah mulai memarkirkan mobilnya dengan cepat di jalanan depan pantai dan petugas rumah sakit segera menahan lelaki gila itu.

Sewaktu hendak memasukannya ke dalam mobil rumah sakit, lelaki gila meronta dengan sangat kuat sehingga para petugas yang memegangginya terjatuh ke pasir. Lelaki gila terlepas dan segera berlari ke arah laut. Semua orang didekatnya berteriak ketakutan.
"Aku adalah raja laut, tidak ada yang boleh menghancurkan kerajaanku." teriak lelaki gila di tengah laut dengan sangat lantang. Sampai akhirnya teriakan itu melayu dan menghilang karena obat penenang yang disuntikan oleh petugas rumah sakit ke tubuh lelaki gila. Aku, kawanku, dan orang-orang dengan diam menyaksikan peristiwa tersebut.

Setelah lelaki gila dibawa ke penampungan, keadaan pantai kembali seperti semula. Orang-orang mulai kembali asik menikmati laut. Kawankupun kembali menceburkan dirinya ke air. Petugas pantai yang memegangi lelaki gila tadi tampak membersihkan pasir dari ceceran darah dengan menimbunnya dengan pasir lagi. Dia memandang jauh ke arah laut. Tatapannya tampak kosong. Sepertinya kejadian tadi masih dipikirkannya.

"Mengapa dia memukul pemuda itu?" tanyakau kepada petugas pantai yang tampak kaget mendengar suaraku.
"Oh..sepertinya kau masih penasaran dengan peristiwa tadi." jawabnya sambil tersenyum
"Begitulah, sangat aneh ada orang gila dibiarkan berkeliaran di pantai ini. Bukan begitu?"
"Mungkin dia memang gila, tapi mungkin dia lebih waras dari kita semua." petugas pantai itu menghela napasnya dan terus menatap laut seperti sebelumnya.
"Maksudnya? Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
"Pemuda itu dipukul dengan kayu oleh lelaki gila tadi karena membuang puntung rokok ke laut."
"Lalu kenapa dia memukulnya?"
"Karena pemuda itu dianggap telah merusak kerajaannya. Laut dianggap kerajaan olehnya. Dia begitu cinta dengan laut"
"Karena itukah dia memaki-maki pemuda itu dengan kata 'penghancur kerajaan'?"
"Ya. Dia memanggil dirinya dengan sebutan 'Raja Laut'. Dia tidak akan memukul jika orang-orang tidak mengotori dan membuang sampah ke laut ini. Bukankah sangat tidak baik jika kita memisahkan seseorang dengan apa yang dicintainya? Dia begitu mencintai laut. Kebanyakan orang sudah tidak peduli lagi dengan laut dan mengotorinya."

Aku terdiam mendengar ucapannya. Agak sedikit malu. Mungkin karena itulah menagapa lelaki gila itu dibiarkan berkeliaran di pantai ini. Karena kecintaannya kepada laut Lelaki gila itu tidak akan berbahaya jika semua orang yang ada di pantai ini juga mencintai laut dengan tidak mengotorinya.

"Baiklah. Kalau kamu sudah tidak penasaran lagi, aku akan kembali ke pos." Kata petugas pantai sambil melirik ke arah jam tangannya.
"Baiklah, selamat bekerja!"
"Selamat berlibur. Tetap jaga kebersihan pantai." kata penjaga pantai sambil tersenyum dan berlari kearah posnya.

Aku masih berdiri disana, memandangi laut yang ada di depanku. Mungkin benar kata petugas pantai. Dia lebih waras dari kita semua. Lelaki gila yang menganggap dirinya 'Raja Laut" itu setidaknya menjaga laut dengan kegilaanya. Dan sekarang, Raja laut sudah tidak bisa menjaga kerajaanya yang sangat indah dan menawan seperti yang aku pandangi sekarang.

____________________________________________________________________

Listen : Eight Belles - Great White Sea
 


This entry was posted on Sunday, January 3, 2010. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply